Guru Brengsek
Siapa bilang hidup itu mulus-mulus aja, hidup ku mah penuh lika liku dan jalanan berbatu. Terlebih pada masa SMP ku. Tidak memiliki teman, orang tua bertengkar, dan guru-guru yang menyebalkan. Masa yang akan terus terkenang sampai kapanpun.
Bermula dari aku duduk dibangku kelas 8, dimana saat awal menerima sesi perkenalan dengan wali kelas. Kelas ku mendapatkan wali kelas yang friendly, asik, walau dari covernya terlihat sedikit garang. Bu Is namanya.
Hari demi hari, bulan demi bulan. Keasikan itu terasa makin berubah. Mulai ada peraturan-peraturan konyol yang membuat ku merasa sedikit janggal. Setiap siswa di haruskan membawa pulpen 4 warna, merah, biru, hijau, dan hitam. Lengkap lengkap dengan jangka, penghapus, pensil, penggaris besi panjang 30cm, dan buku note kecil seharga 500 yang biasa dijual di dagang mainan. Apabila kami meninggalkan satu benda tersebut, kami akan kena denda 2.000 rupiah, bayangkan jika kami meninggalkan 1 kotak pensil. Berapa denda yang akan kami keluarkan pada hari itu. Btw, aku pernah mengalaminya, hal itu membuat ku puasa sehari karena tidak dapat belanja di kantin, uang bekal ku habis untuk membayar denda tersebut.
Ketika teman-teman ku masih mempercayai guru tersebut, pikiran ku malah mulai banting setir membenci dirinya. Bukan karena aku pernah kena denda, tapi karena cara dia mengajar juga cukup tak masuk akal. Bayangkan saja, seorang guru IPA membagi kelompok pada muridnya untuk membuat Band, lengkap dengan personilnya, pemain gitar, bass, keyboard, pianika, dan vokalis. Band tersebut dibuat pada saat kami mendapat Bab Bunyi, yang seharusnya kami mempelajari panjang gerak longitudinal, kami malah harus berkutat dengan tugas mengubah not angka menjadi not balok dan mengurusi band dadakan kami.
Tidak berhenti dsampai disitu, ia juga membagi kami menjadi beberapa kelompok untuk mengamati ibu hamil, dengan kehamilan 4 bulan sampai lahiran pada bab Reproduksi. Wtf! 1 semester kami Hanya untuk mengamati ibu hamil. Tugas kami terlihat mudah, hanya melakukan wawancara perharinya dengan 5 pertanyaan, seperti bagaimana BAB nya, bagaimana nafsu makannya, ya seperti itulah. Tapi yang menjadi tantangan ialah menemukan ibu hamil, dan pertanyaan berbeda disetiap harinya.
Aneh? Sangat! Itu yang makin membuat ku membenci dirinya. Disaat kelas lain sudah mendapatkan materi rumus, kelas ku masih berkutat dengan eksperimen konyol buatan manusia mutan macam Bu Is. Anehnya lagi, ketika aku curhat dengan teman-teman sekelas ku, mereka lebih pro kepada Bu Is, bukan padaku. Aku mencoba menyadarkan mereka bahwa guru itu bermasalah.
Akibat ketidak cocokan ku dengan mereka, keadaan memaksaku u tuk mencari teman di kelas lain. Hal tersebut malah membuat ia murka, dan menitahkan teman-teman sekelas ku untuk memusuhiku. Aku gapapa, aku ihklas.
Di lain sisi, aku memiliki seorang guru agama yang sedikit cabul. Hal itu membuatku malas untuk mengikuti pelajarannya, sehingga aku seringkali bolos saat pelajarannya.
Berita bolos agama ku yang berkalI-kali akhirnya terdengar sampai ke telinga wali kelas ku. Hal itu membuat ku berurusan kembali dengan guru gendeng yang sialnya adalah wali kelas ku sendiri. Aku sempat dikatain penggoda olehnya, hal yang tidaK etis dikatakan oleh seorang guru yang seharusnya bermartabat. Aku membangkan, aku menentang dan aku melawan, hal tersebut malah menjerumuskan ku ke ruang konseling dengan 4 guru BK lainnya. Diintrogasiayaknya tersangka, dan berakhir dengan tercorengnya nama baik ku disekolah.
Aku bertahan selama setahun untuk dapat lepas dari jeratan Menyeramkan yang selalu menjadi mimpi buruk disetiap malam ku.
0 comments:
Post a Comment