Waktu itu liburan hari raya idul fitri. Jadi aku sekeluarga berniat ingin mudik, dan menghabiskan waktu di kampung selama dua minggu. Kami mudik melalui jalur darat dengan kendaraan pribadi, ditambah 2 personil yaitu teman bapakku.
Karena kampung halamanku yang lumayan jauh. Jadi saat sampai Surabaya kami berniat ingin singgah di penginapan untuk istirahat. Tapi teman bapak ku menyarankan untuk singgah "dirumah temannya" di daerah Surabaya.
Kami melewati daerah persawahan yang lumayan sepi, hingga kami sampai pada sebuah gapura besar bertuliskan "Perumahan Nusa Indah", disana ada pos security tapi tak dijaga. Jadi kami main masuk saja. Deretan rumah tak diurus dan beberapanya sudah kosong dah setengah hancur.
Hingga kami berhenti di depan rumah berpagar besi berwarna putih yang ditumbuhi semak belukar. Awalnya aku tak percaya kalau disitu kami akan singgah, aku pikir teman bapakku ini bercanda. Tapi ternyata tidak.
Ia memarkirkan mobil, dan mengambil kunci rumah tersebut di dalam waistbag nya. Dan kami mengikutinya membuka pintu dan masuk.
Aroma debu, semerbak mengisi setiap sudut rumah itu. Tampak ada beberapa bungkus mie instan yang ditinggalkan begitu saja, ada 3 kamar, 1 dapur, 1 kamar mandi, dan ruang tengah yang cukup luas. 1 kamar diantaranya atapnya jebol. Dan pekarangan belakang dengan alat gym yang berkarat dan ditumbuhi tanaman rambat. Sebenarnya aku takut, tapi aku tahan.
Siang itu aku tak bisa tidur dengan nyenyak. Kami tidur di ruang tengah yang telah kami bersihkan dan kami lapisi bedcover diatas lantai. Mama sibuk menyiapkan makan siang. Dan teman bapakku sibuk merapikan tanaman liar di pekarangan.
Sekilas info
Jadi dulu teman bapak ku ini, supir dari mafia peredaran narkoba dan perjudian. Kabarnya dia pernah beli rumah, tapi dijual lagi karena kalah judi, Jadi kemungkinan
Rumah itu adalah markas penyimpanan narkobaRumah itu adalah rumah yang dia beli lalu dia tinggalkan karena kalah judiRumah itu beneran milik temannya
Back to the story
Setelah kami istirahat dan mandi. Kami berkemas kembali melanjutkan perjalanan. Saat itu sekitar pukul 6 atau pukul setengah 7 sore. Kami merapikan rumah itu kembali tapi terlihat teman bapakku ini duduk bersila dengan tangan dikedua lututnya, sedang menundukkan kepala dan memejamkan mata dalam beberapa menit. Setelah bapakku menepuk pundaknya kami melanjutkan berkemas dan menuju mobil. Saat kami keluar dari rumah itu, tampak beberapa rumah yang masih belum menyalakan lampu. Dan perumahan itu mayoritas rumah kosong dengan semak belukar. Tepat disebelah rumah yang kami huni ada rumah bertingkat dengan cat tembok warna merah dan pagar besi tinggi berwarna hitam dengan karat. Tampak lampu altar rumah tersebut berkedip kedip seperti konslet.
Aku melihat ada ibu yang sedang mengajak anaknya jalan jalan. Terlihat normal seperti manusia. Karena dia tersenyum sapa saat melewati kami.
Sesudah kami semua masuk dalam mobil. Kami tancap gas menuju kampung halaman. Disaat itulah kami melewati jalan gelap dengan rentetan rumah kosong. Aku berbalik melihat kebelakang. Tak kutemukan ibu yang tadi bersama anaknya. Tapi yasudahlah. Mungkin dia sudah masuk rumah lagi.
Kami keluar dan menemukan deretan rumah hancur sebelum pos security. Padahal saat kami masuk. Kami tidak melihatnya.
Sesudah kami keluar dari perumahan tersebut. Aku merinding hingga mengejang gemetar seperti menahan buang air kecil. Aku langsung mencari earphone ku dan merilekskan diri dengan mendengarkan lagu Despacito